Pikiran yang Selalu Diperbaharui

Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya.

Yakobus 1: 14

Apa yang kita pikirkan, entah itu positif atau negatif adalah tergantung kita sendiri. Ada pepatah berkata, “Kualitas seseorang ditentukan oleh apa yang dia pikirkan.” Seseorang yang sudah lama sakit tentunya selalu memikirkan kesakitannya itu, mungkin penyebab dia tidak kunjung sembuh, dan berpikir bahwa dia tidak mungkin bisa sembuh. Ketika kita menghadapi masalah, apa yang kita pikirkan? Apakah kita berpikir bahwa pencobaan itu datang dari Tuhan? Hendaknya kita memiliki pikiran Kristus.

Pikiran akan menentukan sikap dan perbuatan seseorang, sikap dan perbuatan akan menentukan karakter orang itu, dan karakter akan menentukan masa depannya.

Apa yang kita alami, Tuhan pasti membuka jalan, memberikan kesembuhan, dan memberikan yang terbaik untuk kita, karena seorang Bapa tidak akan memberikan yang jelek untuk anakNya, tidak pernah egois dan memikirkan diriNya sendiri. Peristiwa yang kita alami akan memperkuat karakter kita bila kita tahu bahwa Allah turut bekerja membentuk pribadi kita.

Pikiran yang positif pasti membuat kita lebih banyak tersenyum, lebih bahagia, lebih senang, bahkan lebih sehat. Dosa masuk dalam diri kita dengan proses yang seringkali tidak kita sadari. Kita sering menyalahkan Tuhan dan menganggap Dia sebagai penyebabnya. Siapakah penyebabnya? Iblis adalah pemicu yang menggoda kita, sedangkan penyebab dari dosa adalah keinginan-keinginan kita sendiri, iblis menggunakan ribuan cara untuk menggoda kita melalui situasi sekitar, orang dan materi untuk merobohkan pertahanan kita.

Ingatkah Anda tentang cerita Abraham dan Lot berpisah jalan? Abraham menawarkan pada Lot agar dia memilih dulu tanah mana yang akan dia ambil, maka Abraham akan mengambil tanah yang lain. Lot memilih tanah yang lebih banyak airnya. Andai saja Lot dapat selalu berada di dekat Abraham dan tidak melangkah semakin jauh dekat Sodom, dia tidak perlu jatuh ke dalam situasi yang menyeramkan. Sangat disayangkan bahwa keegoisan Lot membuatnya hanya mencintai kesia-siaan dan bukan mencintai berkat rohani dari Tuhan. Pilihannya menjadi peringatan bagi kita. Seringkali kita mengejar kesenangan-kesenangan duniawi, dibandingkan dengan mengejar kesempurnaan bersama Tuhan. Hendaknya kita memohon bimbingan dan perlindungan Tuhan dari waktu ke waktu agar kita tidak kehilangan arah tujan hidup.

Kita juga harus tangguh menjadi anak-anak Tuhan, dan percaya bahwa ada pelangi di balik hujan. Yusuf adalah teladan luar biasa karena peristiwa buruk yang dia alami tidak membuat dia meragukan Tuhan. Segala sesuatu yang datang dalam hidupnya, dia percaya bahwa semua adalah campur tangan Tuhan.

Leave a Reply