Tuhan ALLAH telah memberikan kepadaku lidah seorang murid, supaya dengan perkataan aku dapat memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu. Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid.
Yesaya 50: 4
Dulu ketika saya sekolah, seringkali guru memarahi saya ketika saya berbicara seenaknya, apalagi menggunakan kata-kata yang kasar. Pernah satu kali saya kelepasan berbicara kasar ke teman saya, pas kebetulan seorang guru lewat. Guru tersebut sudah melewati saya. Tetapi ketika mendengar saya mengatakan seperti itu, dia berbalik dan memarahi saya habis-habisan. Yang guru selalu bicarakan adalah kalimat: “ KAMU SEORANG PELAJAR YANG BERPENDIDIKAN”. Dan jelas maksud dari perkataan ini adalah dimana seorang murid harus memiliki perkataan yang santun, positif, dan bahkan membangun entah bagi diri sendiri atau orang lain. Sama hal nya ketika telinga saya pun tidak dipakai untuk mendengar perkataan guru. Tidak hanya dimarahi oleh guru, tetapi saya pun tidak mendapat apa-apa dari pengajaran guru tersebut. Siapa yang rugi? Tentu saya.
Hal ini baru saya sadari ketika saya sudah dewasa dan merenungkan juga mengenai ayat ini. Dimana ayat ini menghubungkan lidah dan telinga dengan seorang murid. Karena seorang murid adalah seorang yang memang Tuhan ajar untuk menggunakan lidah dan telinga nya untuk membuat murid ini bisa diperlengkapi, berfungsi dan berdampak.
Lidah dipakai tidak hanya untuk memberi semangat baru untuk orang yang letih lesu, tapi juga dipakai untuk menyampaikan pesan Tuhan. Dan pesan Tuhan didapat ketika telinga kita mendengarkan dengan baik.
Maka dari itu, mari kita sebagai anak-anak Tuhan. Kita latih lidah dan telinga kita untuk mau dibentuk sebagai seorang murid, karena guru besar kita dan sekaligus Tuhan dan juruselamat kita, mau memakai kita semua untuk menjadi alat kemuliaannya. Sehingga kehidupan kita akan semakin maksimal dan berdampak buat banyak orang. Tuhan memberkati!
-LR