Lahir di tengah-tengah keluarga Kristen yang setia di gereja, Theo Mose sudah mengenal kehidupan di gereja sejak sekolah minggu di Gorontalo. Bahkan saat usia belasan tahun, Theo Mose sudah ikut bekerja mengangkat batu untuk pembangunan gereja GPPS di Gorontalo. Tahun 1971, ayah Theo Mose yang adalah seorang anggota polisi meninggal dunia. Sebagai anak ke-2, sejak saat itu justru Theo Mose yang berjuang mencari nafkah sebagai tulang punggung keluarganya. Setelah tamat dari bangku Sekolah Menengah Ekonomi, Theo Mose langsung mencari kerja untuk menafkahi keluarganya, termasuk untuk menolong satu-satunya kakak kandung beliau yang pada waktu itu sedang memasuki tingkat awal sebagai seorang mahasiswa kedokteran di Makasar.
Pada usia 18 tahun, beliau bekerja di bawah seorang juragan pemilik 22 kapal. Meskipun penuh kesibukan dalam pekerjaannya di bidang perdagangan seperti untuk pengiriman dan pelayaran, bahkan masih harus mencari pekerjaan tambahan pada malam harinya, Theo Mose tetap aktif dalam pelayanan di gereja. Puji Tuhan, perjuangan Theo Mose tidaklah sia-sia bahkan berbuah manis karena sampai sekarang, semua saudaranya diberkati Tuhan bahkan dikenal sebagai orang-orang yang sukses dan terkemuka di Indonesia.
“Adalah benar bila ada ayat yang berbunyi ‘Anak cucu orang benar tidak akan meminta-minta roti’.” sahut Theo Mose.
Setiap hari pada pukul 05.00 pagi, ibunda Theo Mose selalu setia berdoa, dan selalu rajin mengikuti ibadah di gereja sampai 3 kali seminggu. Di dalam pelayanan, Theo Mose sudah berada di sekolah minggu sejak kecil, dan pada usia 18 tahun beliau menjadi Ketua Kaum Muda di GPPS Gunung Moria, Gorontalo. Luar biasanya, para anak muda itu sekarang sudah menjadi hamba Tuhan dan orang-orang yang berhasil.
Terpuruk dan Bangkit
Pada usia 30-an tahun, Theo Mose berganti profesi menjadi seorang kontraktor setelah meminta izin pada sang juragan untuk mencoba berwirausaha. Tapi Tuhan izinkan beliau mengalami kebangkrutan karena suatu hal. Theo Mose mengakui, bidang kontraktor adalah pekerjaan “entertainer” dimana dia diharuskan masuk ke dunia kehidupan malam untuk menghibur dan menemani para pejabat, termasuk menemani ke tempat karaoke atau kelab malam. Theo Mose seolah-olah hidup di dunia yang berbeda, karena di hari Minggu dia melayani Tuhan tapi di hari Senin sampai dengan Sabtu dia melayani pejabat-pejabat hidung belang.
“Tuhan tidak mau hasil yang saya peroleh didapat dari hal yang bukan kebenaran Firman Tuhan,” sambung beliau.
Theo Mose sadar bahwa untuk mencari nafkah, dia sudah jatuh ke dalam dosa dan Tuhan mengizinkan beliau mengalami kebangkrutan. Hampir satu tahun Theo Mose hidup dalam keadaan stress dan kacau, sampai berhenti datang ke gereja dan kenal dengan minuman keras. Suatu malam, saat pulang dari ke rumah, beliau melihat istri dan anaknya sedang berlutut mendoakan beliau sendiri. Tersentuh dan merasa ditegur keras oleh Tuhan tentang kewajibannya sebagai kepala keluarga, Theo Mose mengambil keputusan besar untuk meninggalkan segala komunitas yang buruk di Gorontalo dan pindah ke Bandung di tahun 1996.
Menginjak usia 40 tahun, Theo Mose dan keluarganya sempat hidup tanpa arah di Bandung. Tapi berkat dorongan semangat dari istrinya yang selalu setia sebagai penolong suami, Theo Mose diyakinkan bahwa Tuhan akan selalu memelihara kehidupan keluarganya. Di tahun tersebut, Theo Mose berjualan roti dan kue yang dibuat istrinya. Beliau teringat dengan kenangan saat beliau bersusah payah berjualan 5 sampai 10 roti di hari Minggu, dan penghasilannya dipakai untuk mengajak kedua anaknya bermain di salah satu pusat perbelanjaan di Cihampelas, Bandung.
Meski hidup kekurangan di rumah kontrakan bobrok di daerah Cibaduyut, Theo Mose mulai setia lagi mendekatkan diri pada Tuhan. Beliau sanggup duduk diam berdoa selama 3 jam sehari, mulai pk. 5 sore sampai 8 malam. Dan di masa keterpurukannya tersebut, ia menciptakan sebuah lagu yang menggambarkan rasa syukurnya pada Tuhan berjudul “Yesus Sumber Hidupku”. Beliau sadar, saat beliau mengangkat tangan berserah maka Tuhan akan turun tangan. Suatu hari di tahun 2000 saat berkeliling sebagai Sales/Marketing sebuah produk sandal, Theo Mose melihat sebuah papan nama gereja, dan itulah pertama kalinya beliau beribadah di GPPS Agape dan mengenal sang Ibu Gembala Pdt. Lidya Kurniawati. Dengan ajakan Ibu Gembala, Theo Mose setia mengikuti ibadah dan doa puasa di GPPS Agape, juga terlibat dalam berbagai pelayanan.
“Tuhan akan angkat kamu jadi kepala dan bukan jadi ekor,” begitu perkataan Ibu Gembala yang selalu terngiang bagi Theo Mose.
Titik Balik
Titik balik Theo Mose pun dimulai sejak saat itu. Atas campur tangan Tuhan, beliau mendapatkan pekerjaan untuk memasarkan mobil di KIA Siloam Motor padahal beliau mengaku tidak mengerti apa-apa soal mobil. Theo Mose selalu berprestasi mendapatkan tingkat penjualan terbaik, bahkan sampai diutus ke banyak negara lain.
Meskipun roda kehidupannya mulai bergerak naik, Theo Mose mau terus bertumbuh dan setia melayani di GPPS Agape dengan menghadiri Kebaktian Tengah Minggu dan Kebaktian Kaum Pria, terlebih lagi saat Ibu Gembala senantiasa berujar, “Brur… (sebutan untuk saudara laki-laki dalam lingkungan keagamaan Kristen Protestan) Brur itu punya panggilan untuk melayani di Bandung, bukan di tempat lain.”
“Saya ingat betul, pelayanan pertama saya adalah sebagai Worship Leader,” kata Theo Mose. Beliau juga kembali mengenang ketika diangkat menjadi Ketua Panitia Natal di GPPS Agape sejak diadakannya ibadah perayaan yang diadakan di Hotel Savoy-Homann, Bandung, dimana dia diajak menabur janji iman saat itu. Puji Tuhan, beliau semakin diberkati dan selalu menabur lebih banyak lagi di Natal tahun-tahun berikutnya. Theo Mose mengerti betul bahwa pelayanan adalah sebuah tanggung jawab, oleh karena itu beliau tidak akan menolak pelayanan yang dipercayakan kepadanya dan akan menjawab panggilannya meskipun harus bolak-balik Bandung-Gorontalo.
Saat ini, selain menjadi Penasihat Tim Gembala di GPPS Agape Bandung, beliau juga menduduki jabatan-jabatan lain di Gorontalo, yaitu Ketua Asosiasi Pendeta Indonesia provinsi Gorontalo dan Penasihat Badan Musyawarah Antar Gereja (BAMAG) DPW Gorontalo. Tapi yang menurut kami paling istimewa dan tak disangka-sangka adalah pria yang merupakan anak ke-2 dari 6 bersaudara ini juga jago menembak, karena beliau juga menjabat sebagai salah satu ketua di Perbakin (Persatuan Menembak Sasaran dan Berburu Seluruh Indonesia) provinsi Gorontalo.
Prinsip Hidup
Untuk Theo Mose, dalam mencapai keberhasilan ada beberapa prinsip yang selalu dia pegang teguh sejak dulu sampai sekarang, yang pertama adalah nilai kejujuran. Theo Mose menceritakan pengalamannya tentang bagaimana dia menjaga betul kepercayaan dari bosnya saat dititipkan buku cek sementara sang bos bepergian ke luar negeri. Kemudian, karena kejujuran jugalah, bosnya di KIA Siloam Motor merasa begitu berat hati saat Theo Mose mengajukan pengunduran dirinya, bahkan mengharapkan agar beliau bisa berubah pikiran.
“Jika kita bekerja dengan jujur dan penuh integritas, anak cucu kitalah yang akan menikmati hasilnya,” ucap Theo Mose.
Prinsip kedua yang dipegang Theo Mose adalah pentingnya menghargai waktu. Beliau selalu bisa mengukur waktu dan mengatur jadwal dengan baik, karena beliau tahu waktu bukanlah hal sepele dan harus digunakan dengan baik. Prinsip ketiga yang menurut Theo Mose penting adalah, bekerja dengan penuh tanggung jawab.
“Pekerjaan sekecil apapun harus dilakukan dengan tekun dan serius, jangan pula mengambil hak orang lain, jangan merugikan ataupun menyusahkan orang lain, ” begitu jelasnya.
Theo Mose berpesan agar kita selalu mengutamakan Tuhan. “Jangan asal-asalan dan meremehkan pelayanan. Saat kita memprioritaskan Tuhan, Dia akan membuka jalan untuk kita lewati,” beliau menambahkan. Saat ditanya apakah beliau puas dengan segala yang telah dicapainya, Theo Mose mengaku bahwa dia selalu bersyukur atas apapun yang telah Tuhan percayakan padanya. Beliau tahu bahwa apa yang ditawarkan dunia ini tidak akan pernah bisa dirangkul, karena itu bersyukur adalah kuncinya.
“Miliki integritas, jujur, dan terus setia melayani Tuhan,” ujar pria yang menjadikan Filipi 4:13 sebagai ayat pegangannya ini menutup kisahnya.
Bio Data
Nama Lengkap: Pdt. Matheus Ferdinand Mose, S.Th.
Tempat, Tanggal Lahir: Gorontalo, 11 Februari 1955
Nama Istri: Poppy Massa
Jabatan Organisasi saat ini:
- Penasihat Tim Gembala GPPS Agape, Bandung
- Ketua Asosiasi Pendeta Indonesia Prov. Gorontalo
- Penasihat Badan Musyawarah Antar Gereja (BAMAG) DPW Gorontalo
- Ketua Perbakin Prov. Gorontalo
Saudara Kandung:
- Prof. Dr. Johanes Mose, dr., SpOG.,K-FM
- Yenny Mose
- Adelheid Mose
- Dr. Ir. Abraham Mose, MM (Direktur Utama PT. Pindad (Persero))
- Eliezer Mose (Direktur Utama PT. Nenggala Pratama (Dealer Hino))